Ilustrasi: Siti Masrifah/BIOMA
Author: Ristra
23 Februari 2018
Dengan kata dasar 'rasa' yang memiliki arti tanggapan indra terhadap rangsangan saraf. Ya, sebuah tanggapan. Tanggapan atas segala pengaruh yang diterima dari luar raga. Tanggapan yang menimbulkan berbagai ekspresi.
Perasaan yang datang tanpa izin, hanya dengan sinyal mereka bergerumuh dalam hati untuk bersatu menjadi satu bentuk tanggapan & bersiap meledak menjadi satu perasaan yang utuh. Suatu hal yang utuh akan begitu manis & hangat. Manis tak menimbulkan sakit. Hangat pun tak menimbulkan luka. Tempat awal sebuah perasaan berada jauh di dalam, ketika sinyal itu terus-menerus berdatangan & perlahan namun pasti perasaan akan terangkat ke permukaan dengan melewati berbagai celah keraguan dan pesimis atas persepsi. Persepsi yang membuat ego tak tertahan. Ego yang mendukung perasaan untuk segera keluar dari persembunyiannya, agar menjadi suatu perasaan yang nyata.
Perasaan nyata akan segera menemukan sumber sinyal yang selalu bergeming memanggilnya, berdatangan tanpa izin & mengalahkan persepsi. Perasaan yang berjumpa dengan sumbernya akan memberi efek pada kedua pemilik bahkan sekitar. Sekitar yang lebih berwarna, lebih indah & lebih mahal, namun saat perasaan dipatahkan oleh sumber sinyal maka segalanya musnah tak terelakan.
Manis menjadi pahit, hangat menjadi panas bergelora & dingin layaknya gompahan es di kutub, warna menjadi gelap, serta indah menjadi buruk. Kehancuran tidak akan memberikan sedetikpun kesempatan berubah kembali menjadi utuh. Ketika itu pecah & habis akan sulit untuk memulihkan serta mengisinya. Perasaan yang memiliki beribu topeng & segala cerita drama yang akan ditampilkan pada dunia seakan tak ada luka & kekecewaan yang terjadi padanya. Hanya perasaan sendirilah yang dapat mengetahui & mengendalikan apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana.