Foto: Tenor.com
Author: Nama Pena
3 Maret 2020
Purwokerto—Awal semester, hakikatnya adalah cerita baru. Seperti sebuah cerita ada awalan yang baik, tenang, adem, dan tentram. Namun, ada awalan yang tidak baik, tidak tenang, panas, dan rusuh. Mungkin salah satu atau salah dua dari kosa kata di atas bisa menggambarkan awal semester di Fakultas Biologi kali ini. Saya memilih satu kosa kata, tidak tenang. Keusrekan ini diawali oleh selentingan di grup obrolan Whatsapp, katanya sistem oprek asisten bakal diganti dan dipegang oleh fakultas. Belum selesai, beberapa screenshot juga tersebar mengenai keluhan dari teman-teman 2018 yang katanya laporan praktikum memberatkan mereka.
Akhirnya masalah ini dibawa ke meja umum dengan digelarnya audiensi oleh fakultas atas permintaan tim asisten dan teman-teman 2018 pada Sabtu 29 Februari. Namun, audiensi kemarin menurut Saya terbilang unik dan mungkin satu-satunya, dihadiri oleh tiga pihak sebagai stakeholder. Sepanjang audiensi yang Saya lihat pihak fakultas bisa dibilang tidak banyak bicara, seperti duduk di persimpangan saja. Mungkin, mayoritas yang menyaksikan mengganggap audiensi kemarin menjadi ajang tim asisten vs mahasiswa 2018, padahal bukan itu intinya. Intinya adalah menguji keberpihakan fakultas, lebih memilih mana antara kebijakan yang merugikan atau kebijakan yang menguntungkan semua pihak, istilahnya win-win solution. Memang ada sedikit naiknya intonasi suara di audiensi kemarin, itu hal yang lumrah dalam mempertahankan eksistensi masing-masing.
Sampai juga di ujung tulisan ini, hari telah berlalu, malam berganti siang, cerah berganti hujan. Mengutip dari pernyataan Almarhum Gus Dur, “Kalau beda pendapat cukup di kerongkongan, jangan sampai ke hati.” Sebagai calon akademisi anggap saja ini menjadi ajang debat walaupun belum sampai titik ilmiah karena masih banyak prejudice dari masing-masing pihak. Jadi, bagaimana sikap kita setelah audiensi kemarin? Ya, biasa aja kali! Kan kemarin cuma ngobrol bareng saja bedanya bukan di tempat kopi, hehe. Tabik.