Cinta-Cintaan dari Perspektif Biologi

Ilustrasi: Siti Masrifah/BIOMA


Author: Ahmad Pradhana

18 November 2018


Untuk generasi milenial, kata “cinta” begitu memicu berbagai macam imajinasi. Ketika mendengar kata “cinta” begitu banyak bayang-bayang yang muncul, entah itu musik, lagu, film, atau buku yang mewakili definisi cinta dari perspektif masing-masing. Tidak lupa juga karya-karya sastra yang dikutip untuk menggambarkan “cinta”. Menurut Saya, karya sastra yang paling sering untuk dikutip adalah puisi-puisinya Sapardi Djoko Damono. Pop culture telah memberikan banyak warna terhadap kata “cinta”.

Lalu, bagaimana Biologi memandang hal ini?

Dalam Biologi konvensional, ada tiga yang mendorong “cinta”, yaitu libido, hubungan, dan preferensi pasangan. Cinta diatur oleh serangkaian hormon seperti testosteron, estrogen, dopamin, oksitosin, dan vasopressin. Secara garis besar maka “cinta” adalah reaksi biokimia yang akan terjadi jika individu menemukan “pasangan” mereka.

Hal yang harus diingat untuk kawula muda, reaksi kimia hanya bersifat temporer atau sementara. Kajian evolusi membawa “cinta” ke tahapan yang lebih gamblang dan tidak naïf, penjelasannya yang saya pikir akan membuat kawan-kawan tidak sepenuhnya setuju. Dalam evolusi kata cinta tidak digunakan lagi, tapi lebih ke arah “suksesi reproduktif” sehingga menghasil “pantas” atau “tidak pantas”. Pantas dalam hal ini adalah merujuk teori Charles Darwin dalam bukunya “On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life”, disebutkan bahwa “Individu yang pantas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya adalah individu yang dapat menurunkan salinan gennya ke generasi selanjutnya”. Kalimat tersebut dikenal dengan “Survival of the fittest” yang dicetuskan oleh Herbert Spencer setelah membaca buku Charles Darwin.

Jadi, perlu dimengerti untuk kawan-kawan Biologi yang pantas untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya adalah bukan individu yang terkuat, tercepat, dan terpintar tetapi yang dapat menurukan salinan gennya ke generasi selanjutnya.

Untuk kawan-kawan yang sedang dimabuk cinta atau diperbudak olehnya, perlu diingat bahwacinta yang kalian bayangkan selama ini hanyalah serangkaian reaksi biokimia untuk keperluan suksesi reproduktif. Diawali dengan pemilihan individu pasangan/seleksi seksual yang umumnya distimulasi lewat visual, kemudian persamaan persepsi via sekresi kimia mirip hormon yang disebut feromon, lalu serangkain peristiwa diakhiri dengan bertemunya pasangan kromosom.

Demikian tulisan saya ini, semoga kawan-kawan bahagia dengan pasangan suksesi reproduktif masing-masing.

I BUILT MY SITE FOR FREE USING